Kuawali blog ini dengan tulisanku yang penuh cinta, terutama untuk suamiku.
Selama bertahun-tahun punya blog tapi kosonk melomponk karena yang punya blog terlalu malas untuk menulis. Entah apa yang terjadi dengan hari ini, aku tiba-tiba mendapat wangsit untuk menulis sesuatu yang bermanfaat bagi nusa dan bangsa.
Aku merasa, akhir-akhir ini aku sering sekali membuat masalah. Aku sering tidak bisa mengendalikan emosiku, terutama kalo aku melihat suamiku bete dan cemberut. Aku ga suka liat orang bete dan cemberut, itu sebabnya aku hampir tidak pernah menunjukkan wajah masam di depan orang yang tidak bersalah. Misalnya aku bete dan marahnya sama si A, aku ga akan berwajah masam ketika bertemu si B, karena bagiku si B tidak bersalah, biasanya sebisa mungkin aku menutupi wajah masamku dengan si B ini. Aku hanya akan menunjukkan wajah masamku dengan si B ketika aku menceritakan betapa kesalnya aku dengan si A dan mengungkapkan kekesalanku dengan berapi-api tentang si A di depan si B. Intinya sebisa mungkin aku ga akan membuat orang lain bertanya-tanya : “Tyas kenapa ya?”, “Dia kesel sama aku ya?”, “Aku salah apa ya?”, aku berani jamin siapapun orang yang tidak bersalah, tidak akan punya pertanyaan seperti itu di kepalanya. Aku bersikap seperti itu, karena aku tidak ingin diperlakukan seperti itu oleh orang lain. Aku ga suka menghabiskan waktuku dengan memikirkan pertanyaan-pertanyaan yang ga penting. Pernah suatu kali temanku bertanya : “Yas, aku kok ga pernah liat kamu punya masalah seh?” hahahahahah, ya ngapain juga kita mepertontonkan ke orang-orang kalo kita punya masalah, ga ada gunanya juga, masalah ga selesai, ada juga kita jadi bahan pergunjingan orang-orang, ga penting banget kan?
Aku orangnya to the point, kalo aku ga suka, aku akan bilang ga suka, begitu juga sebaliknya kalo aku suka, maka aku akan bilang suka. Aku paling benci sama orang yang di depan bilang iya atau suka, tapi di belakangnya nggrundel karena sebenarnya dia ga suka atau ga setuju. Kalo itu hubungannya sama kerjaan dalam hal ini atasan, okelah ya, maklumlah. Misal diajak makan di tempat makan yang kita ga suka sama atasan, masa iya kita bilang : “aaahh gak mau ah pak/bu, saya ga suka makanan disana” kalo kondisinya kayak gitu ya boleh-boleh aja seh bermuka dua, bilang suka padahal sebenarnya ga suka, daripada resiko dipecat, ya kaaan? Hahahahahaha.
Nah ternyata Tuhan baik banget mempertemukan aku dengan suamiku yang memiliki sifat bertolak belakang denganku. Awal-awalnya aku tidak dapat memahami bahwa ini adalah kebaikan Tuhan. Aku melihatnya sebagai sebuah petaka, bayangkan aku dipertemukan dengan orang yang sama sekali berbeda denganku. Aku dan suamiku memiliki banyaaaaaaaakkkk sekali perbedaan. Mulai dari hal-hal yang remeh temeh sampai pada hal-hal yang sangat prinsip bagi kami berdua. Misalnya : aku ga tahan kalo kedinginan, sementara suamiku ga bisa tidur kalo keringetan dan ga pake AC, betapa sulitnya aku menyesuaikan diri di awal-awal masa pernikahan kami, tengah malam aku bolak balik bangun untuk mematikan AC. Yang lainnya adalah, aku sukanya makan pedes, suamiku ga suka makan pedes terutama kalo pagi hari, kalopun dia bisa makan pedes keesokan harinya dia bakal mules-mules. Suamiku sukanya makan makanan barat yang sama sekali tidak familiar di lidahku dan tidak mengeyangkan di perutku, hahahahaha. Suamiku introvert dan suka menyendiri, aku (katanya) ekstrovert, sukanya cerita dan dengerin cerita, ini sering kali jadi masalah diantara kami. Mungkin karena aku ekstrovert juga aku jadi lebih blak-blakan dan to the point (seperti yang sudah aku ceritakan di atas), sementara suamiku yang introvert lebih sering memendam sendiri masalahnya hingga ketika dia sudah tidak tahan kemudian akan meledak seperti bom. Dhhuaarrr. Itu baru tentang perbedaan untuk hal-hal yang remeh, masih banyak lagi perbedaan kami yang lainnya yang tidak dapat aku ceritakan disini. Pokoknya banyak bangetlah.
Aku ga paham, kenapa Tuhan menjodohkan kami seperti bumi dan langit. Aku memang pernah dengar bahwa jodoh itu bukan pasangan yang serupa tapi justru pasangan yang sama sekali berbeda, supaya mereka bisa saling melengkapi. Dulu aku merasa kalimat itu hanya sebagai slogan di pagi hari yang kemudian akan menguap di siang bolong. Lalu sekarang bagaimana? Apakah sudah dapat meresapi maknanya lebih dalam? Belum juga seh, hahahahahahaha.
Entah kenapa ketika aku menulis ini aku merasakan perasaan sayang dan cinta yang membuncah untuk suamiku, cieeehh. Aku tahu dia tidak sempurna, sama seperti tidak sempurnanya diriku. Benar setiap kali aku jengkel dan marah padanya aku seperti tidak ingin melihatnya, aku ingin pergi, atau dia saja yang pergi. Tapi sesaat setelah aku menyadari bahwa dia tidak ada di dekatku, aku merasa sangat sedih. Tadi malam aku jengkel dengan suamiku, lagi-lagi masalahnya adalah aku dicuekin olehnya, meski sebenarnya dia juga sudah bilang bahwa dia lagi bete dan aku juga tau bahwa dia cuekin aku bukan karena aku yang salah, tapi tetap saja rasanya jengkel, karena pada dasarnya aku ga suka dicuekin. Aku kesal sekali, awalnya aku ga mau tidur di kamar yang sama dengan dia. Saat aku berbaring sendirian, tiba-tiba aku merasa Tuhan berbicara denganku. Bukankah Tuhan sudah memberi aku hadiah yang luar biasa, yaitu seorang suami yang menyayangiku, apakah hanya karena kesalahan kecilnya kemudian aku melupakan semua rasa sayang yang sudah dia berikan untukku? Orang macam apa aku ini, tidak tahu berterimakasih, sudah diberikan hadiah sama Tuhan tapi kemudian menyia-nyiakan hadiah tersebut. Bagaimana kalo Tuhan marah dan kemudian mengambil kembali hadiah yang sudah dia berikan untukku? TIDAK. Maafkan aku Tuhan, aku tidak akan menyia-nyiakan hadiah yang Tuhan sudah kasi buat aku, aku akan merawat hadiah itu Tuhan, maafkan aku.
Postingan ini aku tulis bukan untuk siapa-siapa, tapi untuk diriku sendiri. Supaya ketika aku marah, jengkel dan kesal dengan suamiku aku dapat membaca kembali tulisan ini, dan dapat mengingat bahwa suamiku adalah hadiah yang Tuhan berikan buatku yang harus aku jaga dan rawat seumur hidupku.
I Love You Ayang